PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN BAHAN AJAR DALAM PROSES
PEMBELAJARAN
A.
Memahami
Pemilihan Prinsip-prinsip Bahan ajar
Pemilihan
bahan ajar tidak bisa dilakukan sembarangan. Pemilihan bahan ajar menuntut
dipergunakankannya suatu pedoman atau prinsip-prinsio tertentu agar kita tidak
salah pilih bahan ajar. Sebagaimana kita ketahui, tidak ada satu jenis bahan
ajarpun yang sempurna, ang mampu melayani segala tuntutan dan kebutuhan
pembelajaran.
Menurut
Arif dan Napitupulu (1997), ada beberapa prinsip yang meski kita pegang dalam
pemilihan bahan ajar:
1. Isi
bahan ajar hendaklah sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Bahan
ajar hendaklah sesuai dengan kebutuhan peserta didik, baik dalam bentuk maupun
kesulitannya.
3. Bahan
ajar hendaknya betul-betul baik dalam penyajian faktualnya.
4. Bahan
ajar hendaklah betul-betul mengambarkan latar belakang dan suasana yang
dihayati peserta didik.
5. Bahan
ajar hendaklah cocok dengan dengan gaya belajar peserta didik.
6. Bahan
ajar hendaklah mudah dan ekonomis penggunaannya.
7. Lingkungan
dimana bahan ajar digunakan harus tepat sesuai dengan media yang digunakan.
Adapun
langkah-langkah yang bisa kita tempuh untuk memilih bahan ajar agar pas dan
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran meliputi lima langkah pokok.
1. Tentukan
tujuan untuk apa kita ingin menggunakan suatu bahan ajar.
2. Pelajari
bidang bahan ajar yang kita butuhkan (misalnya kesehatan, pertanian, pendidikan
dasar, perindustrian, dan sebagainya).
3. Buatlah
perincian tentang jenis bahan ajar yang kita cari (misalnya bahan ajar buku
cetak, bahan ajar cetak bukan buku, bahan ajar audio, bahan ajar audio- video,
bahan ajar interaktif, dan bahan ajar lainnya).
4. Tentukan
apakah bahan ajar tersebut akan digunakan untuk memotivasi peserta didik agar
mau belajar, mengajari mereka isi bidang (ilmu pengetahuan) tertentu, bahan
belajar lanjutan, atau kelompok.
5. Pilih
bentuk bahan ajar yang tepat dan lakukan penilaian pada beberapa kriteria
berikut : kesesuain tujuan dengan tujuan-tujuan pengajaran; kesesuaian isi
dengan tujuan pengajaran; ketepatan penggunaan bahasa pada tinggkat pengetahuan
dan pengertian peserta didik; ketepatan cara penyajian; contoh-contoh yang
ditarik dengan tepat dari lapanganyang sesungguhnya; latih-latihan yang
memandai dan berdasarkan tujuan; serta aspek-aspek fisik (misalnya ukuran bahan
ajar, jenis ukuran yang digunakan, kertas yang digunakan, kualitas percetakan,
penjilidan, dan harga).
Dengan
memahami prinsip-prinsip ataupun langkah-langkah pemilihan bahan ajar tersebut,
kita menjadi mudah dalam mengidentifikasi bahan ajar mana yang tepat untuk
kegitan pembelajaran yang akan kita lakukan. Sebagaimana telah kita pahami
sejak awal bahwa setiap jenis bahan ajar mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Oleh karenanya, kita tidak bisa jika hanya mengembangkan dan
menggunakan satu jenis bahan ajar tertentu secara eksterem. Kombinasi atau
integrasi dari berbagai jenis bahan ajar yang ada jauh lebih baik. Agar semakin
mantap dalam memilih bahan ajar, berikut ini diberikan penjelasan secara lebih
spesifik mengenai pertimbangan pemilihan bahan ajar untuk setiap jenis bahan
ajar.
1.
Pemilihan
bahan ajar cetak
Secara
umum, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan ajar cetak:
1. Kita
harus memperhatikan informasi yang terkandung didalamnya, apakah sesuai dengan
bahan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik atau
tidak.
2. Jangan
sampai bahan ajar yang kita pilih terkandung materi yang kurang sesuai dengan
materi yang seharusnya menjadi menu peserta didik dalam mencapai kompetensinya.
Sedangkan
secara khusus, untuk mengetahui apakah bahan ajar cetak yang kita gunakan sudah
tepat atau belum, ada beberapa pertanyaan yang mesti kita jawab sebagaimana
disajikan dalam tabel 1. Jika jawaban yang kita berikan sesuai dengan apa yang
tercantum didalam tanda kurung, berarti pilihan bahan ajar yang kita gunakan
sudah tepat.
Tabel
1. Daftar pertimbangan pemilihan bahan ajar cetak
No.
|
Pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
1.
|
Apakah materi pelajaran lebih mengarah kepada
aspek kognitif dari pada keterampilan psikomotorik atau perubahan sikap?
(jawaban seharusnya “Ya”)
|
|
|
2.
|
Apakah perlu dilakukan peragaan gerak?
(jawaban seharusnya “Tidak”)
|
|
|
3.
|
Apakah perlu rangsangan audio?
(jawaban seharusnya “Tidak”)
|
|
|
4.
|
Apakah perlu mengemas dan mendisrtibusikan media
ini dalam jumlah banyak?
(jawaban seharusnya “Ya”)
|
|
|
(Sumber :
Anderson, 1987)
Selanjutnya pertimbangan pemilihan
untuk masing-masing jenis bahan ajar cetak, dijelaskan secara rinci dalam
uraian berikut.
a.
Pemilihan
Handout
Pertimbangan
yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan ajar handout adalah sebagai
berikut:
1.
Substansi materi
memiliki relevansi yang dekat dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang
harus dikuasai oleh peserta didik.
2.
Materi memberikan
penjelasan secara lengkap tentang definisi, klasifikasi, prosedur, perbandingan,
rangkuman dan sebaginya.
3.
Padat pengetahuan.
4.
Kebenaran materi dapat
dipertanggung jawabkan.
5.
Kalimat yang disajikan
singkat dan jelas.
6.
Menuntun pendidik
secara teratur dan jelas.
7.
Dapat diambil dari dari
buku atau hasil download dari internet.
8.
Jenis kegiatan
pembelajaran yang cocok menggunakan handout, yaitu :
a. Hampir
semua materi cocok menggunakan bahan ajar handout. Namun, sesuai dengan
fungsinya, handout biasanya dipadukan dengan bahan ajar lain, misalnya LKS atau
modul.
b. Handout
biasanya juga disiapkan untuk keperluan memperkaya informasi pada suatu seminar
atau kegiatan ceramah.
b.
Pemilihan
Buku Teks Pelajaran
Beberapa
pertimbangan untuk memilih bahan ajar buku teks adalah sebagai berikut:
1.
Substansi materi
memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasi
oleh peserta didik.
2.
Materi dalam buku
lengkap, paling tidak mampu memberikan penjelasan secara lengkap, antara lain
tentang definisi, klasifikasi, prosedur, perbandingan, rangkuman, dan
sebagainya.
3.
Padat pengetahuan dan
memiliki sekuensi yang jelas secara keilmuan.
4.
Kebenaran materi dapat
dipertanggung jawabkan.
5.
Kalimat yang disajikan
lengkap dan jelas.
6.
Penampilan fisik
bukunya menarik atau menimbulkan motivasi untuk membaca.
7.
Buku dapat dibeli
ditoko-toko buku (kalau buku berbahasa asing dapat dipesan melaui internet).
c.
Pemilihan
Modul
Beberapa
pertimbangan untuk memilih bahan ajar modul adalah sebagai berikut:
1.
Substansi materi
relevan dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai oleh
peserta didik.
2.
Modul tersusun secara
lengkap, paling tidak mencangkup, antara lain judul, pertanyaan kompetensi
dasar yang harus dikuasai peserta didik, petunjuk penggunaannya, informasi,
langkah kerja, dan penilaian.
3.
Materi memberikan
penjelasan secara lengkap tentang definisi, klasifikasi, prosedur,
perbandingan, rangkuman dan sebagainya.
4.
Padat pengetahuan.
5.
Kebenaran materi dapat
dipertanggung jawabkan.
6.
Kalimat yang disajikan
singkat dan jelas.
7.
Menuntun guru dan
siswa, sehinnga mudah digunakan.
8.
Beberapa modul dapat
didownload dari internet.
d.
Pemilihan
LKS
Beberapa
pertimbangan untuk memilih bahan ajar LKS adalah sebagai berikut:
1.
Substansi materi
memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus
dikuasai oleh peserta didik, sesuai dengan yang tertuang dalam buku Kurikulum
2004.
2.
Terdapat pernyataan
tentang kompetensi dasar yang akan dicapai oleh peserta didik.
3.
Dilengkapi dengan
petunjuk bagi pendidik atau peserta didik
4.
Memiliki daya pikat,
terutama dari segi penyajian tulisan, tugas-tugas dan penilaiannya.
5.
Dilengkapi dengan
petunjuk-petunjuk yang memudahkan pendidik atau peserta didik dalam mengajar
atau belajar, misalnya petunjuk tentang referensi yang dapat diacu terkait
dengan materi yang dipelajarinya.
6.
LKS seharusnya mudah
memamfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dan hal ini harus
tertuang dalam petunjuk.
7.
Kalimat yang disajikan
singgkat dan jelas.
8.
Menuntun pendidik
secara teratur dan jelas.
9.
Dapat dibeli dipasaran.
10.
Substansi materi dapat
mengembangkan pengetahuan dan wawasan siswa.
e.
Pemilihan
Brosur
Brosur biasanya
tersedia di tempat-tempat, seperti museum, objek wisata sejarah, atau
perusahaan swasta. Brosur bisa secara langsung digunakan sebagai bahan ajar
apabila memenuhi kriteria antara lain sebagai berikut:
1.
Substansi materi
memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus
dikuasai oleh peserta didik.
2.
Materi memberikan
informasi secara lengkap dan jelas tentang substansi yang disajikan.
3.
Padat pengetahuan.
4.
Kebenaran materi dapat
dipertanggung jawabkan.
5.
Kalimat yang disajikan singkat
dan jelas.
6.
Menarik peserta didik
untuk membacanya, baik dari penampilan maupun isinya.
7.
Dapat diambil dari
berbagai tempat yang menyediakan brosur, baik instansi pemerintah maupun
perusahaan swasta.
f.
Pemilihan
Leafet
Leafet juga bisa
diperoleh dari berbagai tempat, seperti
museum, objek wisata, serta instansi pemerintah maupun swasta. Dalam memilih
leafet sebagai bahan ajar, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
1.
Substansi materi
memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus
dikuasai oleh peserta didik.
2.
Materi memberikan
informasi secara jelas dan lengkap tentang hal-hal yang penting sebagai
informasi.
3.
Padat pengetahuan.
4.
Kebenaran materi dapat
dipertanggung jawabkan.
5.
Kalimat yang dijelaskan
singkat dan jelas.
6.
Menarik peserta didik
untuk membacanya, baik dari segi penampilan maupun isi materinya.
7.
Dapat diambil dari
berbagai materi museum, objek wisata, instansi pemerintah, instansi swasta,
atau hasil download dari internet.
g.
Pemilihan
Wallchart
Untuk memilih
wallchart, kita perlu mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan
penyajiannya, antara lain:
1.
Substansi materi yang
disajikan dalam bentuk wallchart harus memeiliki relevansi dengan kompetensi
yang harus dikuasai oleh peserta didik.
2.
Bagan atau grafik yang
disajikan harus benar secara substansi, atau dengan kata lain tidak menampilkan
data yang salah.
3.
Ditampilkan dengan
skala yang sesuai, hingga terlihat logis.
4.
Ada perimbangan antara
besarnya kertas dan bagan yang ada didalamnya, sehingga bagan tanpak indah
dipandang. Biasanya, sebuah lembaran wallchart tidak akan habis oleh bagan yang
ada didalamnya, melainkan terdapat sisa disisi kanan, kiri, atas dan bawahnya.
5.
Beberapa wallchart
dapat dibeli ditoko.
h.
Pemilihan
Foto atau Gambar
Dalam memilih
foto atau gambar, kita juga harus mempertimbangkan beberapa hal yang terkait
dengan penyajiannya, antara lain:
1.
Substansi materi yang
disajikan dalam bentuk foto atau gambar mesti memiliki relevansi dengan
kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
2.
Gambar yang disajikan
dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
3.
Ditampilkan dengan
skala yang sesuai, sehingga terlihat logis dan enak dilihat.
4.
Gambar menampilkan
judul atau keterangan.
5.
Beberapa photo atau
gambar dapat dibeli ditoko buku.
2.
Pemilihan
Bahan Ajar Model Atau Maket
Model atau maket
belum banyak dijual di pasaran. Umumnya, bahan ajar tersebut (terutama model)
diimpor dari luar negri. Model bidang fisika misalnya, banyak diimpor dari
jerman. Adapun beberapa pertimbangan dalam memilih model atau maket sesuai
bahan ajar, antara lain:
a.
Model atau maket
memiliki relevansi dengan materi yang akan diajarkan.
b.
Model atau maket
memiliki ukuran yang tidak terlalu besar dan bobotnya juga tidak terlalu berat,
sehingga dapat dipindah-pindahkan oleh satu orang.
c.
Model untuk biologi harus
berukuran sama dengan benda aslinya.
d.
Model atau maket bisa
diperoleh ditoko, dan juga dapat dilihat dari sumber belajar, seperti museum
atau perpustakaan.
3.
Pemilihan
Bahan Ajar Audio
Dalam
hal ini, ada dua jenis bahan audio yang bisa menjadi pilihan kita, yakni radio
dan kaset/ PH/CD. Pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan kedua jenis bahan
ajar audio tersebut tentu saja tidak sama. Berikut ini adalah
pertimbangan-pertimbangan untuk masing-masing jenis bahan ajar tersebut.
a. Pemilihan
Bahan Ajar Radio
Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam memilih radio
sebagai bahan ajar, antara lain:
1)
Substansi materi
yang disajikan dalam program radio harus memiliki relevansi dengan kompetensi
yang harus dikuasai oleh peserta didik.
2)
Program radio
yang disajikan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
3)
Direkam terlebih
dahulu atau siaran langaung yang baik, agar bisa didengar dengan jelas.
4)
Dilengkapi
dengan keterangan tertulis.
5)
Beberapa radio
siaran menyediakan program pendidikan.
b. Pemilihan
Bahan Ajar Kaset/PH/CD
Beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam memilih jenis bahan ajar
kaset/PH/CD, antara lain:
1)
Substansi materi
yang disajikan dalam bentuk kaset/PH/CD harus memiliki relevansi dengan
kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
2)
Kaset/PH/CD yang
disajikan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
3)
Direkam pada
pita kaset/PH/CD yang baik agar jelas didengar.
4)
Dilengkapi
dengan keterangan tertulis.
5)
Beberapa
kaset/PH/CD dapat dibeli di toko buku.
c.
Pemilihan
Bahan Ajar Audio Menurut Anderson
Sementara itu,
Anderaon (1987) menawarkan pertimbangan lain dalam pemilihan bahan ajar audio.
Pertama-tama, pertimbangan tujuan dan materi pembelajaran. Setelah itu, media
audio harus memiliki paling tidak satu dari criteria yang tersaji dalam table
2.
Table 2. daftar
pertimbangan pemilihan bahan ajar audio
No.
|
Kriteria
|
Ya
|
Tidak
|
1
|
Apakah peserta didik tak dapat
membaca, atau mereka mengalami kesulitan dalam memahami media cetak?
|
|
|
2
|
Apakah materi pembelajaran
mengandung rangsangan pendengaran yang relevan untuk diberikan kepada peserta
didik?
|
|
|
3
|
Apakah pelajaran itu mengajarkan
kemampuan, verbal atau respons terhadap rangsangan verbal yang akan dijumpai
peserta didik dilapangan?
|
|
|
4
|
Dapatkah bahan ajar audio
dianggap sebagai cara praktis untuk menambah keragaman mengajar dengan
mengganti media?
|
|
|
Sebagai catatan penting, alat-alat audio
mempunyai kerangka waktu yang tidak dapat diubah dalam penyajian pengajaran.
Secara tak langsung, ini berarti aspek kecepatan sendiri (self pacing) dalam pelajaran dan pemilihan isi harus dimasukkan ke
dalam materi pelajaran.
4. Pemilihan
Bahan Ajar Audiovisual
Bahan ajar
audiovisual meliputi dua jenis, yaitu video (film) dan orang. Secara lebih
rinci, cara memilih masing-masing jenis bahan ajar audio visual tersebut adalah
sebagai berikut.
a.
Pemilihan
Bahan Ajar Video atau Film
Video
atau film untuk keperluan pendidikan memang belum banyak tersedia di pasaran.
Namun jika disuatu ketika diperlukan untuk membeli, maka dalam memilihnya perlu
mempertimbangkan beberapa hal berikut:
1) Substansi
materi yang disajikan dalam video atau film harus memiliki relevansi dengan
kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
2) Alur
cerita yang ada dalam program video atau film merupakan sajian menarik dan
diturunkan dari standar kompetensi atau kompetensi dasar dalam kurikulum.
3) Ditampilkan
dalam satu cerita yang menarik, sehingga peserta didik tertarik untuk
mempelajarinya.
4) Kebenaran
materi dapat dipertanggung jawabkan.
5) Durasinya
tidak terlalu lama, paling lama 20 menit.
6) Pilih
film atau video yang sesuai, misalnya tentang suatu situasi diskusi,
dokumentasi, promosi suatu produk, interview, atau bahkan menampilkan suatu
percobaan yang berproses.
Adapun secara
khusus untuk pemilihan video sebagai bahan ajar, Anderson mengungkapkan bahwa
ada beberapa hal penting perlu kita lakukan dan jadikan pertimbangan,
diantaranya analisis tujuan pembelajaran,materi yang akan disajikan, serta
pertimbangan pendistribusian untuk menentukan apakah video merupakan media
terbaik. Dan, semua jawaban harus “Ya”.
Apakah “gerak”
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelajaran kita? Ada kalanya
kita menganggap bahwa “gerak” merupakan hal yang penting dalam kegiatan
pembelajaran, padahal sesungguhnya bukan, bahkan tak perlu. Untuk menjawab “Ya”
terhadap pertanyaan ini, sekurang-kurangnya satu dari criteria yang tersaji
dalam Tabel 3 harus terpakai dalam bahan pelajaran kita.
Tabel 3. Daftar
pertimbangan peilihan bahan ajar video
No.
|
Pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
1
|
Apakah perlu ditunjukkan gerak dalam
porsi yang besar?
|
|
|
2
|
Apakah gerak diperlukan untuk
menunjukkan keterampilan psikomotorik yang dibutuhkan untuk memanipulasi
objek atau untuk kegiatan fisik tertentu?
|
|
|
3
|
Apakah gerak diperlukan untuk
memperlihatkan perubahan isyarat visual yang digunakan oleh orang-orang yang
saling berinteraksi, semisal perubahan air muka dan gerakan badan yang
disertai dengan komunikasi visual?
|
|
|
4
|
Apakah gerak diperlukan untuk
memberikan efek tertentu atau untuk membangkitkan emosi atau sikap tertentu,
dengan pertimbangan materi pembelajaran yang dianggap sudah efektif?
|
|
|
5
|
Apakah umpan balik secara visual
dan langsung diperlukan untuk memperlihatkan penampilan fisik serta verbal
peserta didik?
|
|
|
6
|
Apakah materi dan urutannya sudah
sesuai?
|
|
|
7
|
Apakah pelajaran yang disajikan
menuntutkan reproduksi yang sama persis?
|
|
|
8
|
Apakah pelajarantersebut akan
diperlihatkan atau dipergunakan untuk kelompok kecil, dan apakah peralatan
video tersedia untuk keperluan itu?
|
|
|
9
|
Apakah keadaan kursus atau
latihan yang diadakan itu sepadan dengan biaya pembuatan video?
|
|
|
10
|
Apakah bahan ajar ini selaras
dengan latar belakang populasi peserta didik?
|
|
|
(Sumber:
Anderson, 1987)
b.
Pemilihan
Bahan Ajar Orang
Orang
atau narasumber, disamping sebagai bahan ajar, dapat juga sebagai sumber
belajar. Sebagai bahan ajar, maka orang harus memiliki criteria sebagai
berikut:
1) Memiliki
latar belakangpendidikan/pengalaman/keahlian yang sebuai dengan materi yang
akan diajarkan kepada peserta didik.
2) Memiliki
kemampuan untuk menyampaikan kepintarannya atau keahliannnya kepada orang lain,
ditunjukkan dengan adanya biodata atau matriks kompetensi.
3) Narasumber
dapat dijumpai di instansi pemerintah atau swasta.
5. Pemilihan Bahan Ajar Interaktif
Beberapa
pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan ajar interaktif, antara lain:
a. Substansi
materi yang disajikan dalam program interaktif harus memiliki relevansi dengan
kompetensi yang harus di kuasai oleh peserta didik.
b. Program
interaktif yang disajikan dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya.
c. Disajikan
dalam bentuk disket atau CD.
d. Dilengkapi
dengan keterangan tertulis.
e. Penyajiannya
menarik.
Sementara
itu, dalam sudut pandang Anderson, jika bahan ajar yang digunakan berbasis
computer, maka ada sejumlah pertimbangan yang perlu diperhatikan.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut memuat dalam bentuk daftar cek seperti
terlihat pada Tabel 4. Karena banyaknya persoalan kompleks yang perlu
dipertimbangkan, daftar ini tidak mungkin sepenuhnya komprehensif.
Pertanyaan-pertanyaan dalam daftar cek ini hanya menanyakan beberapa persoalan
yang paling sering dan umum, yang harus
dipertimbangkan bila merencanakan pengembangan suatu sistem berdasarkan
computer.
Table
4. Daftar kriteria pemilihan bahan ajar berbasis computer
No.
|
Pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
|
1
|
Apakah pengajaran individual
diharapkan untuk memenuhi sebagian besar kurikulum kita? (tidak ada atau
hanya sedikit keuntungan bagi peserta didik jika diselenggarakan interaksi
antarpeserta didik atau campur tangan pendidik dalam situasi kelas.)
|
|
|
|
2
|
Apakah ada petugas pengembangan
yang mampu mempersiapkan pembelajaran bercabang kompleks.)
|
|
|
|
3
|
Apakah isi pembelajaran
memerlukan waktu yang cukup lama untuk pengembangannya supaya berkualitas?
(pengajaran mandiri memerlukan waktu pengembangan yang lebih lama dari pada
yang diajarkan guru. Selain itu bahan tidak boleh cepat ketinggalan zaman
setelah dikembangkan.)
|
|
|
|
4
|
Apakah ada bahan pengajaran yang
memenuhi kebutuhan pengajaran kita yang bisa dibeli atau disewa?
|
|
|
|
5
|
Apakah anda telah menentukan media
yang diperlukan untuk memberikan stimulus audio dan visual yang disyaratkan
oleh kurikulum?
|
|
|
|
6
|
Apakah atas kita manyetujui
penggunaan CAI (Computer Assisted Instructional)?
|
|
|
|
7
|
Apakah sudah disediakan dana
untuk melakukan percobaan dalam waktu yang cukup dan untuk pemeliharaannya
setelah peralatan dipasang?
|
|
|
|
8
|
Apakah Anda telah mengantisipasi
kebutuhan untuk:
|
|
|
|
|
a.
|
Jaminan bahan-bahan?
|
|
|
|
b.
|
Waktu perbaikan atau peningkatan
bahan pengajaran?
|
|
|
|
c.
|
Analisis atau hasil data khusus
apa yang diperlukan?
|
|
|
|
d.
|
Prosedur tes (pengumpulan hasil)?
|
|
|
|
e.
|
Jumlah terminal dan peralatan
media yang berhubungan?
|
|
|
|
f.
|
Lokasi geografis terminal?
|
|
|
Dengan pertimbangan-pertimbangan
tersebut, kita mempunyai alternative cara untuk membuat pertimbangan dalam
mengidentifikasi dan memilih bahan ajar interaktif bagi kegiatan pembelajaran
peserta didik. Apakah cocok atau tidak, semua itu dapat kita lihat dan cek
sendiri dengan criteria-kriteria dan pertimbangan-pertimbangan yang telah kita
bicarakan di atas. Dengan upaya ini pula, bahan ajar interaktif yang kita
sajikan kepada peserta didik akan menjadi suatu pilihan yang layak dan tepat
bagi peserta didik.
B. Penggunaan
Bahan Ajar dalam Kegiatan Pembelajaran
Bahan ajar
merupakan unsure yang amat penting dalam suatu pembelajaran. Tanpa kehadiran
bahan ajar, mustehil tujuan pembelajaran akan tercapai dan kompetensi dasar
dikuasai oleh peserta didik. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa bahan ajar
merupakan hal yang pokok dan sangat penting dalam kegiatan pembelajaran.
Bahan ajar
digunakan untuk tujuan dan maksud tertentu. Hal ini dikarenakan bahan ajat
memiliki karakteristik dan jenis-jenis tertentu pila. Oleh karena itu, agar
kita tidak keliru dlam memanfaatkan bahan ajar, kita perlu memahamli cara
penggunaan masing-masing jenis bahan ajar tersebut. Sihingga, kita bisa
mengoptimalkan pemanfaatan bahan ajar maupun kegiatan pembelajaran itu sendiri.
Anderson (1987),
dalam bukunya yang berjudul Selecting and
Developing Media for Instruction, menerangkan bahwa penggunaan bahan ajar
dalam proses pembelajaran dapat dipetakan menjadi tiga macam, yaitu untuk
tujuan kognitif, psikomotorik, dan afektif. Lalu, bagaimana penggunaan setiap
jenis bahan ajar (cetak, model/maket, audio, audio-video, dan bahan ajar
interaktif) pada tiga tujuan (ranah) tersebut? Simak penjelasan detailnya
berikut.
1.
Bahan Ajar Cetak
Dalam tujuan
kognitif, bahan ajar cetak dapat digunakan untuk enam tujuan. Pertama, menyampaikan informasi yang
sifat fakta, seperti kebijakan dan prosedur, atau mendeskripsikan fungsi kerja.
Kedua, mengajarkan perkenalan kembali
dan/atau membedakan stimulasi yang relevan. Ketiga,
menyajikan perbendaharaan kata yang digunakan dalam fungsi-fungsi kerja. Keempat, menyajikan kosakata yang
digunakan dalam fungsi-fungsi kerja. Kelima,
menerapkan jalannya pekerjaan. Keenam,
memberikan gambaran tentang lokasi, posisi, dan situasi pekerjaan yang akan
dihadapi oleh peserta didik nantinya.
Dalam tujuan
psikomotorik, bahan ajar cetak dapat digunakan untuk mengajarkan langkah atau
prinsip dalam keterampilan psikomotorik, menunjukkan posisi suatu yang sedang
bergerak, atau menunjukkan cara memegang suatu objek. Namun, untuk penggambaran
gerak, sukar disajikan dengan media ini.
Sementara, dalam
tujuan afektif, bahan ajar cetakc sebenarnya jarang digunakan. Meskipun begitu,
ada juga buku yang ditulis dengan gaya yang dapat membangkitkan emosi dan
menarik, tetapi materi latihan tentang perubahan sikap tidak bisa disiapkan
dengan tepat guna.
Sebagaimana
telah kita ketahui bersama, jenis bahan ajar cetak memiliki bentuk yang
bermacam-macam. Bentuk yang bermacam-macam ini berimplikasi pada pemanfaatannya
yang tidak sama, sebagaimana diterangkan oleh Andriani dalam Belawati dkk.
(2003) berikut ini.
a.
Handout
Handout
merupakan salah satu bentuk bahan ajar cetak yang paling sederhana. Handout
dapat dikembangkan untuk beragam alas an, tetapi alasan yang paling pokok
adalah untuk melengkapi kekurangan yang ditemukan dalam bahan ajar (baik dalam
bentuk cetak maupun noncetak). Dapat dijelaskan bahwa dalam proses
pembelajaran, handout dapat digunakan untuk lima tujuan berikut ini.
Pertama, untuk bahan
rujukan. Handout berisi segudang materi (baik baru maupun pendalaman) yang
penting untuk diketahui dan dikuasai oleh peserta didik. Keuntungan lainnya
adalah materi handout relative baru, sehingga peserta didik dapat diekspos
dengan isu mutakhir. Disamping itu, komunikasi antara peserta didik dan
fasilitator dapat di kembangkan melalui handout.
Kedua, untuk membakar
motifasi. Melalui handout, fasilitator atau pendidik dapat menyelipkan
pesan-pesan sebagai motivator. Ketiga,
untuk pengingat. Materi dalam handout dapat digunakan sebagai pengingat yang
bisa dimanfaatkan peserta didik untuk mempelajari materi sesuai urutan yang
dianjurkan serta untuk melakukan kegiatan yang diminta.
Keempat, member umpan
balik (feed-back). Umpan balik dapat diberikan dalam bentuk handout. Hal ini
tidak berhenti hanya pada pemberian umpan balik, tetapi dapat pula diikuti
dengan langkah-langkah berikutnya. Kelima,
untuk menilai hasil belajar. Tes yang diberikan dalam handout dapat dijadikan
sebagai alat mekanisme untuk mengukur pencapaian hasil belajar.
Selanjutnya,
agar lebih bermanfaat, maka penggunaan handout dalam proses pembelajaran
hendaknya dibarengi dengan penggunaan cara dan media yang saling mendukung.
Selain itu, pemilihan dan pemanfaatan media belajar yang terintegrasi menjadi
factor kunci guna mendapatkan hasil pembelajaran yang memuaskan.
b. Modul
Bentuk bahan ajar ini memuat materi pembelajaran yang relevan yang dapat
memotivasi pembacanya (untuk mempelajari materi di dalam modul tersebut),
apabila dikembangkan sesuai prosedur. Modul dapat digunakan untuk beragam
keperluan dalam proses pembelajaran. Jika proses pembelajaran didefenisikan
sebagai suatu sekuen, dimana seseorang mendapatkan pengalaman belajar yang
terncana, maka modul dapat digunakan paling tidak untuk empat keperluan berikut
ini.
Pertama,
sebagai sumber belajar yang telah disusun secara terstruktur dan terncana.modul
dikembangkan dengan memperhatikan tujuan pengajaran dalam menentukan materi
yang dikembangkan dan ditulis. Dengan kata lain, materi dalam modul telah
direncanakan sejak awal. Disamping itu, modul disusun dengan struktur yang
dapat membantu pembaca.(peserta didik/murid/siswa/mahasiswa) untuk memahami
materi. Disatu sisi, hal ini akan menuntut kita (sebagai guru/pendidik) akan
kita kembangkan. Dan, di sisi lain, pembaca di untungkan, karena dengan
keterencakaan dan kejelasan struktur materi dalam modul akan mempermudah mereka
memilah-milah materi.
Kedua,
sebagai petunjuk untuk memahami materi yang diberikan beserta cara
pembelajarannya. Idealnya, modul dilengkapi dengan informasi tentang petunjuk
atau cara mempelajari modul tersebut.
Ketiga, sebagai
motivator untuk terus membaca dan memahami materi. Gaya tulisan dan stig
posting yang digunakan akan merangsang semangat pembaca untuk terus membaca dan
memahami materi-materi di dalamnya. Modul tidak akan marah atau memaki-maki
pembaca jika mereka tidak mampu atau keliru menjawab latihan yang diberikan.
Sementara itu, pengembang modul (pendidik/guru/dosen) juga dituntut untuk terus
memajukan diri dalam menyajikan modul itu sendiri.
Keempat,
sebagai alat untuk mengukur tingkat pencapaian dalam belajar. Selain latihan
yang memberikan kesempatan kepada pembaca untuk lebih memahami materi (modul),
didalam modul juga disediakan tes-tes yang diharapkan dapat mengukur tingkat
penguasaan materi (setelah) pembaca selesai mempelajarinya.
Dari
keempat tujuan penggunaan modul tersebut terlihat bahwa modul dapat kita
gunakan dalam setiap tahap proses pembelajaran, mulai dari membangkitkan
motivasi peserta didik, penyampaian informasi, sampai dengan penilaian hasil
belajar. Selain itu, penggunaan modul juga dapat dimanfaatkan untuk menyulut
semangat dan etos kerja kita agar terus membaca, untuk tanpa henti memajukan
kompetensi diri.
Dalam
proses pembelajaran, modul menjadi salah satu bentuk bahan ajar yang ditujukan
agar peserta didik belajar secara mandiri. Dari sini, lahirlah dua peranan yang
khas pada pendidik dan peserta didik tersebut menurut Wijaya, dkk. (1992)
adalah sebagai berikut.
1. Peranan
pendidik dalam sistem pembelajaran modul
Ada tujuh peranan yang
dimainkan pendidik dalam sistem pembelajaran modul.
Pertama,
sebagai pembimbing. Pendidik bukanlah penceramah yang berbicara panjang lebar.
Pendidik memainkan fungsi sebagai pembangkit motivasi belajar. Dalam proses
pembelajaran, pendidik harus berada di tengah-tengah peserta didik untuk
memberi dorongan. Pendidik berfungsi sebagai pembuka jalan pemecahan masalah.
Kedua,
sebagai pengatur lingkungan. Pada hakikatnya, mengajar adalah mengatur
lingkungan agar terjadi proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Dan,
pendidik berfungsi sebagai penata lingkungan tersebut. Penata lingkungan yang
belajarnya relevan dengan tujuan akan membawa dampak belajar yang luar biasa
dan sangat positif.
Ketiga,
sebagai partisipan. Maksudnya, pendidik berperan sebagai peserta ajar yang
baik. Pendidik berfungsi sebagai pembuka jalan untuk memecahkan masalah. Ia
berperan sebagai pengatur jalannya diskusi. Ia juga berperan sebagai pemberi
arah dalam proses pembelajaran. Selain itu, seorang pendidik harus menjadi
peserta yang tahu diri akan kedudukannya sebagai pendidik.
Keempat,
sebagai konselor. Sebagai pendidik (dalam sistem pembelajaran modul), ia harus
pandai memberikan nasihat yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dalam
menghadapi peserta didik yang sedang mengalami kesulitan belajar atau
keterlambatan belajar, ia harus dapat memberikan jalan ke arah penyembuhannya.
Apalagi jika yang dihadapinya adalah peserta didik yang tergolong ke dalam
kasus (bermasalah)
Kelima,
sebagai supervisor. Pemantauan (monitoring) kegiatan belajar adalah tugas
seorang pendidi. Peran ini sangat dimungkinkan dalam sistem pembelajaran modul.
Keenam,
sebagai motivator. Tugas pendidik adalah sebagai pendorong motivasi belajar.
Sebagai motivator, pendidik harus dapat memelihara semangat belajar yang
tinggi. Dengan segala daya, pendidik tidak boleh lengah dalam menangani
kemalasan belajar. Sehingga, pada setiap kali melakukan proses pembelajaran,
diharapkan pendidik dapat berperan sebagai pendorong semangat, mood, dan gairah
belajar yang tinggi.
Ketujuh,
sebagai evaluator. Dalam hal ini, pendidik selalu mengisi kegiatannya dengan
mengevaluasi peserta didik pada setiap kali pelajaran berakhir.
2) Peranan peserta didik dalam sistem pembelajaran
modul
Peserta didik paling tidak memiliki
lima peranan untuk pembelajaran yang menggunakan modul, yaitu sebagai pemecah
masalah, pembaca baik, pendengar yang baik, pemikir, dan penemu konsep atau
dalil.
C. LKS
Lks adalah salah satu
bentuk bahan cetak (selain handout, modul, dan buku) yang dapat digunakan dalam
proses pembelajaran. Melalui penggunaan LKS, kita mendapat kesempatan untuk
memancing peserta didik agar secara aktif terlibat dengan materi yang akan
dibahas. Adapun salah satu metode yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan
hasil yang optimal dari pemanfaatan bahan ajar LKS adalah dengan metode SQ3R
atau Survey, Question, Read, Recite, Review (menyurvei, membuat pertanyaan,
membaca, meringkas, dan mengulang).
Pertama, tahap survey.
Pada tahap ini, peserta didik membaca secara sepintas keseluruhan materi,
termasuk membaca ringkasan materi jika ringkasan diberikan.
Kedua, tahap question.
Pada tahap ini, peserta didik kita minta
untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang harus mereka jawab sendiri pada saat
membaca materi yang diberikan.
Ketiga, tahap read.
Pada tahap ini, peserta didik kita rangsang untuk memperhatikan
pengorganisasian materi serta membutuhkan tanda tangan khusus pada materi yang
di berikan. Contohnya, peserta didik kita minta untuk membubuhkan tanda kurung
pada ide utama, menggaris bawahi rincian yang menunjang ide utama, dan menjawab
pertanyaan yang sudah kita siapkan pada tahap question.
Keempat, tahap recite.
Tahap ini menuntut peserta didik untuk menguji diri mereka sendiri pada saat
membaca dan meringkas materi dalam kalimat mereka sendiri.
Kelima, tahap review.
Pada tahap ini, peserta didik diminta sesegera mungkin melihat kembali materi
yang baru saja selesai dipelajari.
2.
Bahan Ajar Audio
Untuk
pemanfaatan bahan ajar audio, Anderson (1987) menerangkan bahwa penggunaan
bahan ajar audio dalam proses pembelajaran terdapat pada tiga ranah, yaitu
kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Pertama,
untuk tujuan kognitif. Dalam tujuan kognitif, bahan ajar audio dapat digunakan
untuk mengajar pengenalan kembali dan pembedaan rangsang audio yang relevan.
Misalnya, memperdengarkan bunyi atau suara mesin/alat yang akan digunakan oleh
siswa, memperdengarkan suara-suara tanda bahaya tertentu, mengajarkan
pengenalan kembali dialek dan istilah yang berhubungan dengan pekerjaan, serta
memberikan latihan pendengaran.
Selain
itu, bahan ajar audio juga dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai aturan
dan prinsip. Apabila digunakan dengan
tujuan ini, biasanya rekaman audio dilengkapi sebagai pengganti bahan cetak
atau gambar diam, film bingkai dan film rangkai. Maksudnya, untuk memberi
variasi pada latihan atau untuk memantapkan isi.
Kedua,
untuk tujuan psikomotorik. Dalam hal ini, bahan ajar audio dapat digunakan
untuk mengajar keterampilan verbal, misalnya: memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk mendengar, menirukan, dan melatih kata-kata dari bahasa asing atau
kata yang belum di kenal; memberikan latihan kepada peserta didik agar dapat
mengenal kembali dan melatih pengucapan kata-kata untuk mengatasi masalah
kesulitan berbicara; memberikan kesempatan latihan dan memberikan respons
terhadap perintah, dengan kecepatan berbicara yang semakin meningkat; serta
memperdengarkan latihan untuk berlatih memberi reaksi terhadap bunyi tanda
tanya atau tanda lainnya, serta komunikasi atau pengajaran audio dalam keadaan
darurat.
Ketiga,
untuk tujuan afektif. Dalam hal ini, suasana mungkin dapat diciptakan oleh
musik latar belakang, efek suara, atau suara narator. Dengan kondisi suasana
yang nyaman, tenang, dan damai, proses pembelajaran pun dapat diciptakan dan
diwujudkan secara efektif dan menyenangkan.
Kemudian,
berbicara mengenai bahan ajar audio, maka musik adalah salah satu yang tidak
mungkin terlewatkan. “Dalam sejarah manusia, musik selalu menjadi bagian
integral kehidupan,” kata Dave Meier (2003) dalam The accelerated Learning Handbook. Seperti halnya peluru dan
senapan, musik dan pembelajaran saling terkait. Alasannya bersifat fisiologis.
Sistem limbik otak manusia berisi alat-alat untuk memproses musik. Sistem
limbik ini juga mengandung alat-alat yang penting bagi ingatan jangka panjang.
Dalam
sebuah penelitian di universitas california, tepatnya di Irvine, para peneliti
menemukan bahwa murid yang mendengarkan musik mozart sebelum di uji
kemampuannya memproses informasi spasial, meraih angka 8 dan 9 poin lebih
tinggi dari pada mereka yang mendengarkan rekaman pesan relaksasi verbal. Hal
ini menunjukkan bahwa daya kemampuan musik untuk meningkatkan daya ingat
sungguh dahsyat dan luar biasa. Penemuan ini juga menunjukkan betapa hebat
manfaat musik bagi proses pembelajaran seseorang.
Musik
memang tidak harus selalu ada agar pembelajaran dapat berlangsung, namun musik
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan berbagai cara. Seperti
dikatakan oleh Meier (2003) bahwa musik dapat digunakan untuk menghangatkan,
membuat manusiawi, dan memberdayakan lingkungan belajar; membuat pikiran
tenang, tentram, dan terbuka untuk belajar;menciptakan perasaan dan asosiasi
positif dalam diri peserta didik; menciptakan peningkatan di otak; mendorong
pembelajaran multi-indrawi atau menggunakan berbagai macam indera manusia;
serta membantu mempercepat dan meningkatkan proses pembelajaran.
Dalam
sistem kerjanya, musik bekerja dengan mempengaruhi perasaan, kemudian perasaan
mempengaruhi pembelajaran. Jenis musik yang tepat cenderung mengendurkan
sekaligus menggugah otak dan seluruh sistem saraf peserta didik. Jadi, musik
yang dimanfaatkan secara tepat dapat mengaktifkan kemampuan total peserta didik
lebih banyak, karena mereka mengerahkan pikiran sepenuhnya untuk belajar.
Berikut
ini, Meier (2003) menunjukkan sebagian kecil dari cara memanfaatkan musik untuk
proses pembelajaran di kelas.
a. Sebagai
pendahuluan untuk pembelajaran. Memainkan musik ketika peserta didik tiba di
suatu peristiwa pendidikan dapat memberi pengaruh menggembirakan, menghangatkan
lingkungan, menggugah minat, dan menenangkan pikiran.
b. Digunakan
saat istirahat. Musik pada saat istirahat membantu mempertahankan lingkungan
belajar yang menyenangkan, sehingga membuat peserta didik tetap santai
sekaligus bersemangat.
c. Sebagai
skenario kiasan mental. Jika kita menggunakan kiasan mental untuk memecahkan
masalah, melatih keterampilan, melahirkan gagasan, atau menentukan sikap, maka
musik meditatif khusus dapat membantu menciptakan suasana hati yang tepat.
d. Untuk
pratinjauan konser. Materi yang harus dipelajari peserta didik dapat ditinjau
lebih dahulu dengan iringan musik.
e. Untuk
tinjauan konser. Kita dapat menggunakan musik untuk mengiringi tinjauan materi
belajar via OHP, slide, poster, atau pertunjukan hasil olahan komputer.
f. Untuk
presentasi. Musik dapat digunakan sebagai latar belakang pembacaan cerita,
pembacaan dramatis, demonstrasi, atau presentasi dengan slide, OHP, video, atau
komputer.
g. Untuk
berlatih belajar. Musik latar belakang yang tepat dapat digunakan selama
berlangsungnya latihan belajar individual, berpasangan, atau berkelompok (tes,
pemecahan masalah, pengungkapan gagasan, penyusunan model, belajar tanpa
berbicara, dialog kelompok, dan sebagainya).
h. Untuk
nyanyian dan lagu. Semua ini dapat kita ciptakan sebagai metode agar peserta
didik mengingat gagasan, istilah, konsep kunci, dan proses, serta untuk
merayakan pembelajaran.
i.
Untuk tema. Apabila
program belajar memilki tema, musik yang berhubungan dengan tema dapat
digunakan untuk menyesuaikan suasana hati dan melengkapi pembelajaran.
j.
Untuk penutup. Musik
selamat jalan yang tepat dapat menciptakan lingkungan yang ramah dan menggugah
semangat untuk menutup program atau pertemuan dan bertukar salam perpisahan.
Sementara
itu, jenis musik terbaik yang bisa kita gunakan dalam proses pembelajaran
adalah yang dapat meningkatkan keefektifan belajar peserta didik. Musik seperti
apa itu? Hal ini bisa bervariasi, bergantung pada kebudayaan dan selera peserta
didik kita. Untuk para praktisi Accelerated Learning di Barat, mereka
menyarankan menggunakan musik barok klasik. Musik “New Age” yang berkualitas
tinggi juga cocok untuk berbagai situasi. Begitu pula jenis musik jazz, Mars
Sousa atau gendang Afrika, dan musik dansa berirama dari Amerika Selatan,
semuanya bagus untuk menghasilkan situasi pembelajaran yang menyenangkan.
3.
Bahan Ajar Audio-Video
Anderson (1987)
mengungkapkan bahwa dalam proses pembelajaran, bahan ajar video dapat digunakan
untuk tiga tujuan utama, yakni kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Pertama, untuk
tujuan kognitif. Melalui penggunaan video, beberapa tujuan ranah kognitif dapat
dikembangkan pada peserta didik, diantaranya sebagai berikut ;
a. Mengenal
kembali dan kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi. Misalnya,
pengamatan terhadap kecepatan relatif suatu benda yang bergerak, serta
penyimpangan dalam gerak interaksi antara objek dan benda.
b. Mengajarkan
kepada peserta didik pengetahuan tentang hukum-hukum dan prinsip-prinsip
tertentu.
c. Menunjukkan
daftar kata yang dianggap penting, walaupun dianggap kurang ekonomis.
d. Menunjukkan
contoh cara bersikap atau berbuat dalam suatu penampilan, khususnya yang
menyangkut interaksi manusiawi.
e. Peserta
didik dapat langsung mendapat koreksi terhadap penampilan yang belum memenuhi
persyaratan, jika mereka mencobakan keterampilan atau kemampuan itu untuk
menerapkan hukum dan prinsip tertentu.
Kedua,
untuk tujuan psikomotorik. Dalam hal ini, video merupakan bahan ajar yang tepat
untuk memperlihatkan contoh keterampilan yang menyangkut gerak. Dengan alat
ini, dapat diperjelas, baik dengan cara diperlambat maupun dipercepat.
Tujuannya adalah mengajarkan koordinasi antar alat tertentu, seperti memanjat,
berenang, dan lain sebagainya. Dengan video pula, peserta didik bisa langsung
mendapat umpan balik secara visual terhadap kemampuan mereka mencobakan
keterampilan yang menyangkut gerakan tadi.
Ketiga,
untuk tujuan afektif. Pada tujuan ini, dengan menggunakan berbagai teknik dan
efek, video dapat menjadi media yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap dan
emosi. Video adalah media yang sangat baik untuk menyampaikan informasi dalam
ranah afektif.
4.
Bahan Ajar Interaktif
Orang-orang dimana saja
akan mampu mengikuti kursus terbaik yang dipandu oleh guru terbaik”, kata Bill
Gates. Pernyataan itu tidaklah mustahil terjadi. Namun, siapakah yang dimaksud
“guru terbaik” versi Bill Gates ini? Sesungguhnya, jawabannya tidak jauh-jauh
dari kehidupan dan bisnis yang dikelola Bill Gates saat ini, yaitu komputer.
Komputer sangat canggih
yang mampu berperan sebagai tutor maupun perpustakaan menyediakan informasi dan
umpan balik kepada peserta didik secara cepat. Teknologi “realitas maya”
(virtual reality)memungkinkan setiap peserta didik berpartisipasi dalam
berbagai pengalaman, seperti perjalanan sejarah dan luar angkasa. Teknologi
pembelajaran seperti ini memungkinkan setiap peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran. Televisi, video, satelit, komputer, dan bahan ajar interaktif,
bahkan juga memberikan katalitas bagi terjadinya perubahan mendasar terhadap
peran pendidik, dari informasi ke transformasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Ronald H.1987. Pemilihan
Dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran. Jakarta : Rajawali.
Aniitah, Sri. 2008. Media
Pembelajaran. Surakarta: UNS Press.
Arif, Zainudin Dan W.P Napitulu.
1997. Pedoman Baru Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: Grasindo.
Arierobbani. 2008. Kaya Dengan
Menulis; Cara Membuat Tulisan Yang Mengasilkan Uang. Yogyakarta: Insan Cendekia
Press.
Belawati, Tian, Dkk. 2003.
Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Penerbiatan Universitas Terbuka.