Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 21 Desember 2015

PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN BAHAN AJAR DALAM PROSES PEMBELAJARAN



PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN BAHAN AJAR DALAM PROSES PEMBELAJARAN
A.    Memahami Pemilihan Prinsip-prinsip Bahan ajar
Pemilihan bahan ajar tidak bisa dilakukan sembarangan. Pemilihan bahan ajar menuntut dipergunakankannya suatu pedoman atau prinsip-prinsio tertentu agar kita tidak salah pilih bahan ajar. Sebagaimana kita ketahui, tidak ada satu jenis bahan ajarpun yang sempurna, ang mampu melayani segala tuntutan dan kebutuhan pembelajaran.
Menurut Arif dan Napitupulu (1997), ada beberapa prinsip yang meski kita pegang dalam pemilihan bahan ajar:
1.      Isi bahan ajar hendaklah sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2.      Bahan ajar hendaklah sesuai dengan kebutuhan peserta didik, baik dalam bentuk maupun kesulitannya.
3.      Bahan ajar hendaknya betul-betul baik dalam penyajian faktualnya.
4.      Bahan ajar hendaklah betul-betul mengambarkan latar belakang dan suasana yang dihayati peserta didik.
5.      Bahan ajar hendaklah cocok dengan dengan gaya belajar peserta didik.
6.      Bahan ajar hendaklah mudah dan ekonomis penggunaannya.
7.      Lingkungan dimana bahan ajar digunakan harus tepat sesuai dengan media yang digunakan.
Adapun langkah-langkah yang bisa kita tempuh untuk memilih bahan ajar agar pas dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran meliputi lima langkah pokok.
1.      Tentukan tujuan untuk apa kita ingin menggunakan suatu bahan ajar.
2.      Pelajari bidang bahan ajar yang kita butuhkan (misalnya kesehatan, pertanian, pendidikan dasar, perindustrian, dan sebagainya).
3.      Buatlah perincian tentang jenis bahan ajar yang kita cari (misalnya bahan ajar buku cetak, bahan ajar cetak bukan buku, bahan ajar audio, bahan ajar audio- video, bahan ajar interaktif, dan bahan ajar lainnya).
4.      Tentukan apakah bahan ajar tersebut akan digunakan untuk memotivasi peserta didik agar mau belajar, mengajari mereka isi bidang (ilmu pengetahuan) tertentu, bahan belajar lanjutan, atau kelompok.
5.      Pilih bentuk bahan ajar yang tepat dan lakukan penilaian pada beberapa kriteria berikut : kesesuain tujuan dengan tujuan-tujuan pengajaran; kesesuaian isi dengan tujuan pengajaran; ketepatan penggunaan bahasa pada tinggkat pengetahuan dan pengertian peserta didik; ketepatan cara penyajian; contoh-contoh yang ditarik dengan tepat dari lapanganyang sesungguhnya; latih-latihan yang memandai dan berdasarkan tujuan; serta aspek-aspek fisik (misalnya ukuran bahan ajar, jenis ukuran yang digunakan, kertas yang digunakan, kualitas percetakan, penjilidan, dan harga).
Dengan memahami prinsip-prinsip ataupun langkah-langkah pemilihan bahan ajar tersebut, kita menjadi mudah dalam mengidentifikasi bahan ajar mana yang tepat untuk kegitan pembelajaran yang akan kita lakukan. Sebagaimana telah kita pahami sejak awal bahwa setiap jenis bahan ajar mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karenanya, kita tidak bisa jika hanya mengembangkan dan menggunakan satu jenis bahan ajar tertentu secara eksterem. Kombinasi atau integrasi dari berbagai jenis bahan ajar yang ada jauh lebih baik. Agar semakin mantap dalam memilih bahan ajar, berikut ini diberikan penjelasan secara lebih spesifik mengenai pertimbangan pemilihan bahan ajar untuk setiap jenis bahan ajar.
1.      Pemilihan bahan ajar cetak
Secara umum, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan ajar cetak:
1.      Kita harus memperhatikan informasi yang terkandung didalamnya, apakah sesuai dengan bahan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik atau tidak.
2.      Jangan sampai bahan ajar yang kita pilih terkandung materi yang kurang sesuai dengan materi yang seharusnya menjadi menu peserta didik dalam mencapai kompetensinya.
Sedangkan secara khusus, untuk mengetahui apakah bahan ajar cetak yang kita gunakan sudah tepat atau belum, ada beberapa pertanyaan yang mesti kita jawab sebagaimana disajikan dalam tabel 1. Jika jawaban yang kita berikan sesuai dengan apa yang tercantum didalam tanda kurung, berarti pilihan bahan ajar yang kita gunakan sudah tepat.


Tabel 1. Daftar pertimbangan pemilihan bahan ajar cetak
No.
Pertanyaan
Ya
Tidak
1.
Apakah materi pelajaran lebih mengarah kepada aspek kognitif dari pada keterampilan psikomotorik atau perubahan sikap? (jawaban seharusnya “Ya”)


2.
Apakah perlu dilakukan peragaan gerak?
(jawaban seharusnya “Tidak”)


3.
Apakah perlu rangsangan audio?
(jawaban seharusnya “Tidak”)


4.
Apakah perlu mengemas dan mendisrtibusikan media ini dalam jumlah banyak?
(jawaban seharusnya “Ya”)


(Sumber : Anderson, 1987)
            Selanjutnya pertimbangan pemilihan untuk masing-masing jenis bahan ajar cetak, dijelaskan secara rinci dalam uraian berikut.
a.      Pemilihan Handout
Pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan ajar handout adalah sebagai berikut:
1.      Substansi materi memiliki relevansi yang dekat dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.
2.      Materi memberikan penjelasan secara lengkap tentang definisi, klasifikasi, prosedur, perbandingan, rangkuman dan sebaginya.
3.      Padat pengetahuan.
4.      Kebenaran materi dapat dipertanggung jawabkan.
5.      Kalimat yang disajikan singkat dan jelas.
6.      Menuntun pendidik secara teratur dan jelas.
7.      Dapat diambil dari dari buku atau hasil download dari internet.
8.      Jenis kegiatan pembelajaran yang cocok menggunakan handout, yaitu :
a.       Hampir semua materi cocok menggunakan bahan ajar handout. Namun, sesuai dengan fungsinya, handout biasanya dipadukan dengan bahan ajar lain, misalnya LKS atau modul.
b.      Handout biasanya juga disiapkan untuk keperluan memperkaya informasi pada suatu seminar atau kegiatan ceramah.
b.      Pemilihan Buku Teks Pelajaran
Beberapa pertimbangan untuk memilih bahan ajar buku teks adalah sebagai berikut:
1.      Substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasi oleh peserta didik.
2.      Materi dalam buku lengkap, paling tidak mampu memberikan penjelasan secara lengkap, antara lain tentang definisi, klasifikasi, prosedur, perbandingan, rangkuman, dan sebagainya.
3.      Padat pengetahuan dan memiliki sekuensi yang jelas secara keilmuan.
4.      Kebenaran materi dapat dipertanggung jawabkan.
5.      Kalimat yang disajikan lengkap dan jelas.
6.      Penampilan fisik bukunya menarik atau menimbulkan motivasi untuk membaca.
7.      Buku dapat dibeli ditoko-toko buku (kalau buku berbahasa asing dapat dipesan melaui internet).
c.       Pemilihan Modul
Beberapa pertimbangan untuk memilih bahan ajar modul adalah sebagai berikut:
1.      Substansi materi relevan dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.
2.      Modul tersusun secara lengkap, paling tidak mencangkup, antara lain judul, pertanyaan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik, petunjuk penggunaannya, informasi, langkah kerja, dan penilaian.
3.      Materi memberikan penjelasan secara lengkap tentang definisi, klasifikasi, prosedur, perbandingan, rangkuman dan sebagainya.
4.      Padat pengetahuan.
5.      Kebenaran materi dapat dipertanggung jawabkan.
6.      Kalimat yang disajikan singkat dan jelas.
7.      Menuntun guru dan siswa, sehinnga mudah digunakan.
8.      Beberapa modul dapat didownload dari internet.
d.      Pemilihan LKS
Beberapa pertimbangan untuk memilih bahan ajar LKS adalah sebagai berikut:
1.      Substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik, sesuai dengan yang tertuang dalam buku Kurikulum 2004.
2.      Terdapat pernyataan tentang kompetensi dasar yang akan dicapai oleh peserta didik.
3.      Dilengkapi dengan petunjuk bagi pendidik atau peserta didik
4.      Memiliki daya pikat, terutama dari segi penyajian tulisan, tugas-tugas dan penilaiannya.
5.      Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang memudahkan pendidik atau peserta didik dalam mengajar atau belajar, misalnya petunjuk tentang referensi yang dapat diacu terkait dengan materi yang dipelajarinya.
6.      LKS seharusnya mudah memamfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dan hal ini harus tertuang dalam petunjuk.
7.      Kalimat yang disajikan singgkat dan jelas.
8.      Menuntun pendidik secara teratur dan jelas.
9.      Dapat dibeli dipasaran.
10.  Substansi materi dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan siswa.
e.       Pemilihan Brosur
Brosur biasanya tersedia di tempat-tempat, seperti museum, objek wisata sejarah, atau perusahaan swasta. Brosur bisa secara langsung digunakan sebagai bahan ajar apabila memenuhi kriteria antara lain sebagai berikut:
1.      Substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.
2.      Materi memberikan informasi secara lengkap dan jelas tentang substansi yang disajikan.
3.      Padat pengetahuan.
4.      Kebenaran materi dapat dipertanggung jawabkan.
5.      Kalimat yang disajikan singkat dan jelas.
6.      Menarik peserta didik untuk membacanya, baik dari penampilan maupun isinya.
7.      Dapat diambil dari berbagai tempat yang menyediakan brosur, baik instansi pemerintah maupun perusahaan swasta.
f.       Pemilihan Leafet
Leafet juga bisa diperoleh dari berbagai tempat,  seperti museum, objek wisata, serta instansi pemerintah maupun swasta. Dalam memilih leafet sebagai bahan ajar, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
1.      Substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.
2.      Materi memberikan informasi secara jelas dan lengkap tentang hal-hal yang penting sebagai informasi.
3.      Padat pengetahuan.
4.      Kebenaran materi dapat dipertanggung jawabkan.
5.      Kalimat yang dijelaskan singkat dan jelas.
6.      Menarik peserta didik untuk membacanya, baik dari segi penampilan maupun isi materinya.
7.      Dapat diambil dari berbagai materi museum, objek wisata, instansi pemerintah, instansi swasta, atau hasil download dari internet.
g.      Pemilihan Wallchart
Untuk memilih wallchart, kita perlu mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan penyajiannya, antara lain:
1.      Substansi materi yang disajikan dalam bentuk wallchart harus memeiliki relevansi dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
2.      Bagan atau grafik yang disajikan harus benar secara substansi, atau dengan kata lain tidak menampilkan data yang salah.
3.      Ditampilkan dengan skala yang sesuai, hingga terlihat logis.
4.      Ada perimbangan antara besarnya kertas dan bagan yang ada didalamnya, sehingga bagan tanpak indah dipandang. Biasanya, sebuah lembaran wallchart tidak akan habis oleh bagan yang ada didalamnya, melainkan terdapat sisa disisi kanan, kiri, atas dan bawahnya.
5.      Beberapa wallchart dapat dibeli ditoko.
h.      Pemilihan Foto atau Gambar
Dalam memilih foto atau gambar, kita juga harus mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan penyajiannya, antara lain:
1.      Substansi materi yang disajikan dalam bentuk foto atau gambar mesti memiliki relevansi dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
2.      Gambar yang disajikan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
3.      Ditampilkan dengan skala yang sesuai, sehingga terlihat logis dan enak dilihat.
4.      Gambar menampilkan judul atau keterangan.
5.      Beberapa photo atau gambar dapat dibeli ditoko buku.
2.      Pemilihan Bahan Ajar Model Atau Maket
Model atau maket belum banyak dijual di pasaran. Umumnya, bahan ajar tersebut (terutama model) diimpor dari luar negri. Model bidang fisika misalnya, banyak diimpor dari jerman. Adapun beberapa pertimbangan dalam memilih model atau maket sesuai bahan ajar, antara lain:
a.       Model atau maket memiliki relevansi dengan materi yang akan diajarkan.
b.      Model atau maket memiliki ukuran yang tidak terlalu besar dan bobotnya juga tidak terlalu berat, sehingga dapat dipindah-pindahkan oleh satu orang.
c.       Model untuk biologi harus berukuran sama dengan benda aslinya.
d.      Model atau maket bisa diperoleh ditoko, dan juga dapat dilihat dari sumber belajar, seperti museum atau perpustakaan.
3.      Pemilihan Bahan Ajar Audio
Dalam hal ini, ada dua jenis bahan audio yang bisa menjadi pilihan kita, yakni radio dan kaset/ PH/CD. Pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan kedua jenis bahan ajar audio tersebut tentu saja tidak sama. Berikut ini adalah pertimbangan-pertimbangan untuk masing-masing jenis bahan ajar tersebut.
a.      Pemilihan Bahan Ajar Radio
Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam memilih radio sebagai bahan ajar, antara lain:
1)      Substansi materi yang disajikan dalam program radio harus memiliki relevansi dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
2)      Program radio yang disajikan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
3)      Direkam terlebih dahulu atau siaran langaung yang baik, agar bisa didengar dengan jelas.
4)      Dilengkapi dengan keterangan tertulis.
5)      Beberapa radio siaran menyediakan program pendidikan.
b.      Pemilihan Bahan Ajar Kaset/PH/CD
Beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam memilih jenis bahan ajar kaset/PH/CD, antara lain:
1)      Substansi materi yang disajikan dalam bentuk kaset/PH/CD harus memiliki relevansi dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
2)      Kaset/PH/CD yang disajikan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
3)      Direkam pada pita kaset/PH/CD yang baik agar jelas didengar.
4)      Dilengkapi dengan keterangan tertulis.
5)      Beberapa kaset/PH/CD dapat dibeli di toko buku.

c.       Pemilihan Bahan Ajar Audio Menurut Anderson
Sementara itu, Anderaon (1987) menawarkan pertimbangan lain dalam pemilihan bahan ajar audio. Pertama-tama, pertimbangan tujuan dan materi pembelajaran. Setelah itu, media audio harus memiliki paling tidak satu dari criteria yang tersaji dalam table 2.
Table 2. daftar pertimbangan pemilihan bahan ajar audio
No.
Kriteria
Ya
Tidak
1
Apakah peserta didik tak dapat membaca, atau mereka mengalami kesulitan dalam memahami media cetak?


2
Apakah materi pembelajaran mengandung rangsangan pendengaran yang relevan untuk diberikan kepada peserta didik?


3
Apakah pelajaran itu mengajarkan kemampuan, verbal atau respons terhadap rangsangan verbal yang akan dijumpai peserta didik dilapangan?


4
Dapatkah bahan ajar audio dianggap sebagai cara praktis untuk menambah keragaman mengajar dengan mengganti media?


Sebagai catatan penting, alat-alat audio mempunyai kerangka waktu yang tidak dapat diubah dalam penyajian pengajaran. Secara tak langsung, ini berarti aspek kecepatan sendiri (self pacing) dalam pelajaran dan pemilihan isi harus dimasukkan ke dalam materi pelajaran.
4.    Pemilihan Bahan Ajar Audiovisual
Bahan ajar audiovisual meliputi dua jenis, yaitu video (film) dan orang. Secara lebih rinci, cara memilih masing-masing jenis bahan ajar audio visual tersebut adalah sebagai berikut.

a.      Pemilihan Bahan Ajar Video atau Film
Video atau film untuk keperluan pendidikan memang belum banyak tersedia di pasaran. Namun jika disuatu ketika diperlukan untuk membeli, maka dalam memilihnya perlu mempertimbangkan beberapa hal berikut:
1)      Substansi materi yang disajikan dalam video atau film harus memiliki relevansi dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
2)      Alur cerita yang ada dalam program video atau film merupakan sajian menarik dan diturunkan dari standar kompetensi atau kompetensi dasar dalam kurikulum.
3)      Ditampilkan dalam satu cerita yang menarik, sehingga peserta didik tertarik untuk mempelajarinya.
4)      Kebenaran materi dapat dipertanggung jawabkan.
5)      Durasinya tidak terlalu lama, paling lama 20 menit.
6)      Pilih film atau video yang sesuai, misalnya tentang suatu situasi diskusi, dokumentasi, promosi suatu produk, interview, atau bahkan menampilkan suatu percobaan yang berproses.
Adapun secara khusus untuk pemilihan video sebagai bahan ajar, Anderson mengungkapkan bahwa ada beberapa hal penting perlu kita lakukan dan jadikan pertimbangan, diantaranya analisis tujuan pembelajaran,materi yang akan disajikan, serta pertimbangan pendistribusian untuk menentukan apakah video merupakan media terbaik. Dan, semua jawaban harus “Ya”.
Apakah “gerak” merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelajaran kita? Ada kalanya kita menganggap bahwa “gerak” merupakan hal yang penting dalam kegiatan pembelajaran, padahal sesungguhnya bukan, bahkan tak perlu. Untuk menjawab “Ya” terhadap pertanyaan ini, sekurang-kurangnya satu dari criteria yang tersaji dalam Tabel 3 harus terpakai dalam bahan pelajaran kita.

Tabel 3. Daftar pertimbangan peilihan bahan ajar video
No.
Pertanyaan
Ya
Tidak
1
Apakah perlu ditunjukkan gerak dalam porsi yang besar?



2
Apakah gerak diperlukan untuk menunjukkan keterampilan psikomotorik yang dibutuhkan untuk memanipulasi objek atau untuk kegiatan fisik tertentu?


3
Apakah gerak diperlukan untuk memperlihatkan perubahan isyarat visual yang digunakan oleh orang-orang yang saling berinteraksi, semisal perubahan air muka dan gerakan badan yang disertai dengan komunikasi visual?


4
Apakah gerak diperlukan untuk memberikan efek tertentu atau untuk membangkitkan emosi atau sikap tertentu, dengan pertimbangan materi pembelajaran yang dianggap sudah efektif?


5
Apakah umpan balik secara visual dan langsung diperlukan untuk memperlihatkan penampilan fisik serta verbal peserta didik?


6
Apakah materi dan urutannya sudah sesuai?


7
Apakah pelajaran yang disajikan menuntutkan reproduksi yang sama persis?


8
Apakah pelajarantersebut akan diperlihatkan atau dipergunakan untuk kelompok kecil, dan apakah peralatan video tersedia untuk keperluan itu?


9
Apakah keadaan kursus atau latihan yang diadakan itu sepadan dengan biaya pembuatan video?


10
Apakah bahan ajar ini selaras dengan latar belakang populasi peserta didik?


            (Sumber: Anderson, 1987)

b.      Pemilihan Bahan Ajar Orang
Orang atau narasumber, disamping sebagai bahan ajar, dapat juga sebagai sumber belajar. Sebagai bahan ajar, maka orang harus memiliki criteria sebagai berikut:
1)      Memiliki latar belakangpendidikan/pengalaman/keahlian yang sebuai dengan materi yang akan diajarkan kepada peserta didik.
2)      Memiliki kemampuan untuk menyampaikan kepintarannya atau keahliannnya kepada orang lain, ditunjukkan dengan adanya biodata atau matriks kompetensi.
3)      Narasumber dapat dijumpai di instansi pemerintah atau swasta.
5. Pemilihan Bahan Ajar Interaktif
Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam memilih  bahan ajar interaktif, antara lain:
a.       Substansi materi yang disajikan dalam program interaktif harus memiliki relevansi dengan kompetensi yang harus di kuasai oleh peserta didik.
b.      Program interaktif yang disajikan dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya.
c.       Disajikan dalam bentuk disket atau CD.
d.      Dilengkapi dengan keterangan tertulis.
e.       Penyajiannya menarik.
Sementara itu, dalam sudut pandang Anderson, jika bahan ajar yang digunakan berbasis computer, maka ada sejumlah pertimbangan yang perlu diperhatikan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut memuat dalam bentuk daftar cek seperti terlihat pada Tabel 4. Karena banyaknya persoalan kompleks yang perlu dipertimbangkan, daftar ini tidak mungkin sepenuhnya komprehensif. Pertanyaan-pertanyaan dalam daftar cek ini hanya menanyakan beberapa persoalan yang  paling sering dan umum, yang harus dipertimbangkan bila merencanakan pengembangan suatu sistem berdasarkan computer.



Table 4. Daftar kriteria pemilihan bahan ajar berbasis computer
No.
Pertanyaan
Ya
Tidak
1
Apakah pengajaran individual diharapkan untuk memenuhi sebagian besar kurikulum kita? (tidak ada atau hanya sedikit keuntungan bagi peserta didik jika diselenggarakan interaksi antarpeserta didik atau campur tangan pendidik dalam situasi kelas.)


2
Apakah ada petugas pengembangan yang mampu mempersiapkan pembelajaran bercabang kompleks.)


3
Apakah isi pembelajaran memerlukan waktu yang cukup lama untuk pengembangannya supaya berkualitas? (pengajaran mandiri memerlukan waktu pengembangan yang lebih lama dari pada yang diajarkan guru. Selain itu bahan tidak boleh cepat ketinggalan zaman setelah dikembangkan.)


4
Apakah ada bahan pengajaran yang memenuhi kebutuhan pengajaran kita yang bisa dibeli atau disewa?


5
Apakah anda telah menentukan media yang diperlukan untuk memberikan stimulus audio dan visual yang disyaratkan oleh kurikulum?


6
Apakah atas kita manyetujui penggunaan CAI (Computer Assisted Instructional)?


7
Apakah sudah disediakan dana untuk melakukan percobaan dalam waktu yang cukup dan untuk pemeliharaannya setelah peralatan dipasang?


8
Apakah Anda telah mengantisipasi kebutuhan untuk:



a.
Jaminan bahan-bahan?



b.
Waktu perbaikan atau peningkatan bahan pengajaran?



c.
Analisis atau hasil data khusus apa yang diperlukan?



d.
Prosedur tes (pengumpulan hasil)?



e.
Jumlah terminal dan peralatan media yang berhubungan?



f.
Lokasi geografis terminal?


Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, kita mempunyai alternative cara untuk membuat pertimbangan dalam mengidentifikasi dan memilih bahan ajar interaktif bagi kegiatan pembelajaran peserta didik. Apakah cocok atau tidak, semua itu dapat kita lihat dan cek sendiri dengan criteria-kriteria dan pertimbangan-pertimbangan yang telah kita bicarakan di atas. Dengan upaya ini pula, bahan ajar interaktif yang kita sajikan kepada peserta didik akan menjadi suatu pilihan yang layak dan tepat bagi peserta didik.
B.    Penggunaan Bahan Ajar dalam Kegiatan Pembelajaran
Bahan ajar merupakan unsure yang amat penting dalam suatu pembelajaran. Tanpa kehadiran bahan ajar, mustehil tujuan pembelajaran akan tercapai dan kompetensi dasar dikuasai oleh peserta didik. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa bahan ajar merupakan hal yang pokok dan sangat penting dalam kegiatan pembelajaran.
Bahan ajar digunakan untuk tujuan dan maksud tertentu. Hal ini dikarenakan bahan ajat memiliki karakteristik dan jenis-jenis tertentu pila. Oleh karena itu, agar kita tidak keliru dlam memanfaatkan bahan ajar, kita perlu memahamli cara penggunaan masing-masing jenis bahan ajar tersebut. Sihingga, kita bisa mengoptimalkan pemanfaatan bahan ajar maupun kegiatan pembelajaran itu sendiri.
Anderson (1987), dalam bukunya yang berjudul Selecting and Developing Media for Instruction, menerangkan bahwa penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran dapat dipetakan menjadi tiga macam, yaitu untuk tujuan kognitif, psikomotorik, dan afektif. Lalu, bagaimana penggunaan setiap jenis bahan ajar (cetak, model/maket, audio, audio-video, dan bahan ajar interaktif) pada tiga tujuan (ranah) tersebut? Simak penjelasan detailnya berikut.
1.            Bahan Ajar Cetak
Dalam tujuan kognitif, bahan ajar cetak dapat digunakan untuk enam tujuan. Pertama, menyampaikan informasi yang sifat fakta, seperti kebijakan dan prosedur, atau mendeskripsikan fungsi kerja. Kedua, mengajarkan perkenalan kembali dan/atau membedakan stimulasi yang relevan. Ketiga, menyajikan perbendaharaan kata yang digunakan dalam fungsi-fungsi kerja. Keempat, menyajikan kosakata yang digunakan dalam fungsi-fungsi kerja. Kelima, menerapkan jalannya pekerjaan. Keenam, memberikan gambaran tentang lokasi, posisi, dan situasi pekerjaan yang akan dihadapi oleh peserta didik nantinya.
Dalam tujuan psikomotorik, bahan ajar cetak dapat digunakan untuk mengajarkan langkah atau prinsip dalam keterampilan psikomotorik, menunjukkan posisi suatu yang sedang bergerak, atau menunjukkan cara memegang suatu objek. Namun, untuk penggambaran gerak, sukar disajikan dengan media ini.
Sementara, dalam tujuan afektif, bahan ajar cetakc sebenarnya jarang digunakan. Meskipun begitu, ada juga buku yang ditulis dengan gaya yang dapat membangkitkan emosi dan menarik, tetapi materi latihan tentang perubahan sikap tidak bisa disiapkan dengan tepat guna.
Sebagaimana telah kita ketahui bersama, jenis bahan ajar cetak memiliki bentuk yang bermacam-macam. Bentuk yang bermacam-macam ini berimplikasi pada pemanfaatannya yang tidak sama, sebagaimana diterangkan oleh Andriani dalam Belawati dkk. (2003) berikut ini.
a.      Handout
Handout merupakan salah satu bentuk bahan ajar cetak yang paling sederhana. Handout dapat dikembangkan untuk beragam alas an, tetapi alasan yang paling pokok adalah untuk melengkapi kekurangan yang ditemukan dalam bahan ajar (baik dalam bentuk cetak maupun noncetak). Dapat dijelaskan bahwa dalam proses pembelajaran, handout dapat digunakan untuk lima tujuan berikut ini.
Pertama, untuk bahan rujukan. Handout berisi segudang materi (baik baru maupun pendalaman) yang penting untuk diketahui dan dikuasai oleh peserta didik. Keuntungan lainnya adalah materi handout relative baru, sehingga peserta didik dapat diekspos dengan isu mutakhir. Disamping itu, komunikasi antara peserta didik dan fasilitator dapat di kembangkan melalui handout.
Kedua, untuk membakar motifasi. Melalui handout, fasilitator atau pendidik dapat menyelipkan pesan-pesan sebagai motivator. Ketiga, untuk pengingat. Materi dalam handout dapat digunakan sebagai pengingat yang bisa dimanfaatkan peserta didik untuk mempelajari materi sesuai urutan yang dianjurkan serta untuk melakukan kegiatan yang diminta.
Keempat, member umpan balik (feed-back). Umpan balik dapat diberikan dalam bentuk handout. Hal ini tidak berhenti hanya pada pemberian umpan balik, tetapi dapat pula diikuti dengan langkah-langkah berikutnya. Kelima, untuk menilai hasil belajar. Tes yang diberikan dalam handout dapat dijadikan sebagai alat mekanisme untuk mengukur pencapaian hasil belajar.
Selanjutnya, agar lebih bermanfaat, maka penggunaan handout dalam proses pembelajaran hendaknya dibarengi dengan penggunaan cara dan media yang saling mendukung. Selain itu, pemilihan dan pemanfaatan media belajar yang terintegrasi menjadi factor kunci guna mendapatkan hasil pembelajaran yang memuaskan.

b.      Modul
Bentuk bahan ajar ini memuat materi pembelajaran yang relevan yang dapat memotivasi pembacanya (untuk mempelajari materi di dalam modul tersebut), apabila dikembangkan sesuai prosedur. Modul dapat digunakan untuk beragam keperluan dalam proses pembelajaran. Jika proses pembelajaran didefenisikan sebagai suatu sekuen, dimana seseorang mendapatkan pengalaman belajar yang terncana, maka modul dapat digunakan paling tidak untuk empat keperluan berikut ini.
Pertama, sebagai sumber belajar yang telah disusun secara terstruktur dan terncana.modul dikembangkan dengan memperhatikan tujuan pengajaran dalam menentukan materi yang dikembangkan dan ditulis. Dengan kata lain, materi dalam modul telah direncanakan sejak awal. Disamping itu, modul disusun dengan struktur yang dapat membantu pembaca.(peserta didik/murid/siswa/mahasiswa) untuk memahami materi. Disatu sisi, hal ini akan menuntut kita (sebagai guru/pendidik) akan kita kembangkan. Dan, di sisi lain, pembaca di untungkan, karena dengan keterencakaan dan kejelasan struktur materi dalam modul akan mempermudah mereka memilah-milah materi.
Kedua, sebagai petunjuk untuk memahami materi yang diberikan beserta cara pembelajarannya. Idealnya, modul dilengkapi dengan informasi tentang petunjuk atau cara mempelajari modul tersebut.
Ketiga, sebagai motivator untuk terus membaca dan memahami materi. Gaya tulisan dan stig posting yang digunakan akan merangsang semangat pembaca untuk terus membaca dan memahami materi-materi di dalamnya. Modul tidak akan marah atau memaki-maki pembaca jika mereka tidak mampu atau keliru menjawab latihan yang diberikan. Sementara itu, pengembang modul (pendidik/guru/dosen) juga dituntut untuk terus memajukan diri dalam menyajikan modul itu sendiri.
Keempat, sebagai alat untuk mengukur tingkat pencapaian dalam belajar. Selain latihan yang memberikan kesempatan kepada pembaca untuk lebih memahami materi (modul), didalam modul juga disediakan tes-tes yang diharapkan dapat mengukur tingkat penguasaan materi (setelah) pembaca selesai mempelajarinya.
Dari keempat tujuan penggunaan modul tersebut terlihat bahwa modul dapat kita gunakan dalam setiap tahap proses pembelajaran, mulai dari membangkitkan motivasi peserta didik, penyampaian informasi, sampai dengan penilaian hasil belajar. Selain itu, penggunaan modul juga dapat dimanfaatkan untuk menyulut semangat dan etos kerja kita agar terus membaca, untuk tanpa henti memajukan kompetensi diri.
Dalam proses pembelajaran, modul menjadi salah satu bentuk bahan ajar yang ditujukan agar peserta didik belajar secara mandiri. Dari sini, lahirlah dua peranan yang khas pada pendidik dan peserta didik tersebut menurut Wijaya, dkk. (1992) adalah sebagai berikut.
1.      Peranan pendidik dalam sistem pembelajaran modul
Ada tujuh peranan yang dimainkan pendidik dalam sistem pembelajaran modul.
Pertama, sebagai pembimbing. Pendidik bukanlah penceramah yang berbicara panjang lebar. Pendidik memainkan fungsi sebagai pembangkit motivasi belajar. Dalam proses pembelajaran, pendidik harus berada di tengah-tengah peserta didik untuk memberi dorongan. Pendidik berfungsi sebagai pembuka jalan pemecahan masalah.
Kedua, sebagai pengatur lingkungan. Pada hakikatnya, mengajar adalah mengatur lingkungan agar terjadi proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Dan, pendidik berfungsi sebagai penata lingkungan tersebut. Penata lingkungan yang belajarnya relevan dengan tujuan akan membawa dampak belajar yang luar biasa dan sangat positif.
Ketiga, sebagai partisipan. Maksudnya, pendidik berperan sebagai peserta ajar yang baik. Pendidik berfungsi sebagai pembuka jalan untuk memecahkan masalah. Ia berperan sebagai pengatur jalannya diskusi. Ia juga berperan sebagai pemberi arah dalam proses pembelajaran. Selain itu, seorang pendidik harus menjadi peserta yang tahu diri akan kedudukannya sebagai pendidik.
Keempat, sebagai konselor. Sebagai pendidik (dalam sistem pembelajaran modul), ia harus pandai memberikan nasihat yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dalam menghadapi peserta didik yang sedang mengalami kesulitan belajar atau keterlambatan belajar, ia harus dapat memberikan jalan ke arah penyembuhannya. Apalagi jika yang dihadapinya adalah peserta didik yang tergolong ke dalam kasus (bermasalah)
Kelima, sebagai supervisor. Pemantauan (monitoring) kegiatan belajar adalah tugas seorang pendidi. Peran ini sangat dimungkinkan dalam sistem pembelajaran modul.
Keenam, sebagai motivator. Tugas pendidik adalah sebagai pendorong motivasi belajar. Sebagai motivator, pendidik harus dapat memelihara semangat belajar yang tinggi. Dengan segala daya, pendidik tidak boleh lengah dalam menangani kemalasan belajar. Sehingga, pada setiap kali melakukan proses pembelajaran, diharapkan pendidik dapat berperan sebagai pendorong semangat, mood, dan gairah belajar yang tinggi.
Ketujuh, sebagai evaluator. Dalam hal ini, pendidik selalu mengisi kegiatannya dengan mengevaluasi peserta didik pada setiap kali pelajaran berakhir.
2) Peranan peserta didik dalam sistem pembelajaran modul
Peserta didik paling tidak memiliki lima peranan untuk pembelajaran yang menggunakan modul, yaitu sebagai pemecah masalah, pembaca baik, pendengar yang baik, pemikir, dan penemu konsep atau dalil.
C. LKS
Lks adalah salah satu bentuk bahan cetak (selain handout, modul, dan buku) yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Melalui penggunaan LKS, kita mendapat kesempatan untuk memancing peserta didik agar secara aktif terlibat dengan materi yang akan dibahas. Adapun salah satu metode yang dapat kita gunakan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pemanfaatan bahan ajar LKS adalah dengan metode SQ3R atau Survey, Question, Read, Recite, Review (menyurvei, membuat pertanyaan, membaca, meringkas, dan mengulang).
Pertama, tahap survey. Pada tahap ini, peserta didik membaca secara sepintas keseluruhan materi, termasuk membaca ringkasan materi jika ringkasan diberikan.
Kedua, tahap question. Pada tahap ini, peserta  didik kita minta untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang harus mereka jawab sendiri pada saat membaca materi yang diberikan.
Ketiga, tahap read. Pada tahap ini, peserta didik kita rangsang untuk memperhatikan pengorganisasian materi serta membutuhkan tanda tangan khusus pada materi yang di berikan. Contohnya, peserta didik kita minta untuk membubuhkan tanda kurung pada ide utama, menggaris bawahi rincian yang menunjang ide utama, dan menjawab pertanyaan yang sudah kita siapkan pada tahap question.
Keempat, tahap recite. Tahap ini menuntut peserta didik untuk menguji diri mereka sendiri pada saat membaca dan meringkas materi dalam kalimat mereka sendiri.
Kelima, tahap review. Pada tahap ini, peserta didik diminta sesegera mungkin melihat kembali materi yang baru saja selesai dipelajari.

2. Bahan Ajar Audio
Untuk pemanfaatan bahan ajar audio, Anderson (1987) menerangkan bahwa penggunaan bahan ajar audio dalam proses pembelajaran terdapat pada tiga ranah, yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Pertama, untuk tujuan kognitif. Dalam tujuan kognitif, bahan ajar audio dapat digunakan untuk mengajar pengenalan kembali dan pembedaan rangsang audio yang relevan. Misalnya, memperdengarkan bunyi atau suara mesin/alat yang akan digunakan oleh siswa, memperdengarkan suara-suara tanda bahaya tertentu, mengajarkan pengenalan kembali dialek dan istilah yang berhubungan dengan pekerjaan, serta memberikan latihan pendengaran.
Selain itu, bahan ajar audio juga dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai aturan dan prinsip.  Apabila digunakan dengan tujuan ini, biasanya rekaman audio dilengkapi sebagai pengganti bahan cetak atau gambar diam, film bingkai dan film rangkai. Maksudnya, untuk memberi variasi pada latihan atau untuk memantapkan isi.
Kedua, untuk tujuan psikomotorik. Dalam hal ini, bahan ajar audio dapat digunakan untuk mengajar keterampilan verbal, misalnya: memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mendengar, menirukan, dan melatih kata-kata dari bahasa asing atau kata yang belum di kenal; memberikan latihan kepada peserta didik agar dapat mengenal kembali dan melatih pengucapan kata-kata untuk mengatasi masalah kesulitan berbicara; memberikan kesempatan latihan dan memberikan respons terhadap perintah, dengan kecepatan berbicara yang semakin meningkat; serta memperdengarkan latihan untuk berlatih memberi reaksi terhadap bunyi tanda tanya atau tanda lainnya, serta komunikasi atau pengajaran audio dalam keadaan darurat.
Ketiga, untuk tujuan afektif. Dalam hal ini, suasana mungkin dapat diciptakan oleh musik latar belakang, efek suara, atau suara narator. Dengan kondisi suasana yang nyaman, tenang, dan damai, proses pembelajaran pun dapat diciptakan dan diwujudkan secara efektif dan menyenangkan.
Kemudian, berbicara mengenai bahan ajar audio, maka musik adalah salah satu yang tidak mungkin terlewatkan. “Dalam sejarah manusia, musik selalu menjadi bagian integral kehidupan,” kata Dave Meier (2003) dalam The accelerated Learning Handbook. Seperti halnya peluru dan senapan, musik dan pembelajaran saling terkait. Alasannya bersifat fisiologis. Sistem limbik otak manusia berisi alat-alat untuk memproses musik. Sistem limbik ini juga mengandung alat-alat yang penting bagi ingatan jangka panjang.
Dalam sebuah penelitian di universitas california, tepatnya di Irvine, para peneliti menemukan bahwa murid yang mendengarkan musik mozart sebelum di uji kemampuannya memproses informasi spasial, meraih angka 8 dan 9 poin lebih tinggi dari pada mereka yang mendengarkan rekaman pesan relaksasi verbal. Hal ini menunjukkan bahwa daya kemampuan musik untuk meningkatkan daya ingat sungguh dahsyat dan luar biasa. Penemuan ini juga menunjukkan betapa hebat manfaat musik bagi proses pembelajaran seseorang.
Musik memang tidak harus selalu ada agar pembelajaran dapat berlangsung, namun musik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan berbagai cara. Seperti dikatakan oleh Meier (2003) bahwa musik dapat digunakan untuk menghangatkan, membuat manusiawi, dan memberdayakan lingkungan belajar; membuat pikiran tenang, tentram, dan terbuka untuk belajar;menciptakan perasaan dan asosiasi positif dalam diri peserta didik; menciptakan peningkatan di otak; mendorong pembelajaran multi-indrawi atau menggunakan berbagai macam indera manusia; serta membantu mempercepat dan meningkatkan proses pembelajaran.
Dalam sistem kerjanya, musik bekerja dengan mempengaruhi perasaan, kemudian perasaan mempengaruhi pembelajaran. Jenis musik yang tepat cenderung mengendurkan sekaligus menggugah otak dan seluruh sistem saraf peserta didik. Jadi, musik yang dimanfaatkan secara tepat dapat mengaktifkan kemampuan total peserta didik lebih banyak, karena mereka mengerahkan pikiran sepenuhnya untuk belajar.
Berikut ini, Meier (2003) menunjukkan sebagian kecil dari cara memanfaatkan musik untuk proses pembelajaran di kelas.
a.       Sebagai pendahuluan untuk pembelajaran. Memainkan musik ketika peserta didik tiba di suatu peristiwa pendidikan dapat memberi pengaruh menggembirakan, menghangatkan lingkungan, menggugah minat, dan menenangkan pikiran.
b.      Digunakan saat istirahat. Musik pada saat istirahat membantu mempertahankan lingkungan belajar yang menyenangkan, sehingga membuat peserta didik tetap santai sekaligus bersemangat.
c.       Sebagai skenario kiasan mental. Jika kita menggunakan kiasan mental untuk memecahkan masalah, melatih keterampilan, melahirkan gagasan, atau menentukan sikap, maka musik meditatif khusus dapat membantu menciptakan suasana hati yang tepat.
d.      Untuk pratinjauan konser. Materi yang harus dipelajari peserta didik dapat ditinjau lebih dahulu dengan iringan musik.
e.       Untuk tinjauan konser. Kita dapat menggunakan musik untuk mengiringi tinjauan materi belajar via OHP, slide, poster, atau pertunjukan hasil olahan komputer.
f.       Untuk presentasi. Musik dapat digunakan sebagai latar belakang pembacaan cerita, pembacaan dramatis, demonstrasi, atau presentasi dengan slide, OHP, video, atau komputer.
g.      Untuk berlatih belajar. Musik latar belakang yang tepat dapat digunakan selama berlangsungnya latihan belajar individual, berpasangan, atau berkelompok (tes, pemecahan masalah, pengungkapan gagasan, penyusunan model, belajar tanpa berbicara, dialog kelompok, dan sebagainya).
h.      Untuk nyanyian dan lagu. Semua ini dapat kita ciptakan sebagai metode agar peserta didik mengingat gagasan, istilah, konsep kunci, dan proses, serta untuk merayakan pembelajaran.
i.        Untuk tema. Apabila program belajar memilki tema, musik yang berhubungan dengan tema dapat digunakan untuk menyesuaikan suasana hati dan melengkapi pembelajaran.
j.        Untuk penutup. Musik selamat jalan yang tepat dapat menciptakan lingkungan yang ramah dan menggugah semangat untuk menutup program atau pertemuan dan bertukar salam perpisahan.
Sementara itu, jenis musik terbaik yang bisa kita gunakan dalam proses pembelajaran adalah yang dapat meningkatkan keefektifan belajar peserta didik. Musik seperti apa itu? Hal ini bisa bervariasi, bergantung pada kebudayaan dan selera peserta didik kita. Untuk para praktisi Accelerated Learning di Barat, mereka menyarankan menggunakan musik barok klasik. Musik “New Age” yang berkualitas tinggi juga cocok untuk berbagai situasi. Begitu pula jenis musik jazz, Mars Sousa atau gendang Afrika, dan musik dansa berirama dari Amerika Selatan, semuanya bagus untuk menghasilkan situasi pembelajaran yang menyenangkan.


3. Bahan Ajar Audio-Video
Anderson (1987) mengungkapkan bahwa dalam proses pembelajaran, bahan ajar video dapat digunakan untuk tiga tujuan utama, yakni kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Pertama, untuk tujuan kognitif. Melalui penggunaan video, beberapa tujuan ranah kognitif dapat dikembangkan pada peserta didik, diantaranya sebagai berikut ;
a.       Mengenal kembali dan kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi. Misalnya, pengamatan terhadap kecepatan relatif suatu benda yang bergerak, serta penyimpangan dalam gerak interaksi antara objek dan benda.
b.      Mengajarkan kepada peserta didik pengetahuan tentang hukum-hukum dan prinsip-prinsip tertentu.
c.       Menunjukkan daftar kata yang dianggap penting, walaupun dianggap kurang ekonomis.
d.      Menunjukkan contoh cara bersikap atau berbuat dalam suatu penampilan, khususnya yang menyangkut interaksi manusiawi.
e.       Peserta didik dapat langsung mendapat koreksi terhadap penampilan yang belum memenuhi persyaratan, jika mereka mencobakan keterampilan atau kemampuan itu untuk menerapkan hukum dan prinsip tertentu.
Kedua, untuk tujuan psikomotorik. Dalam hal ini, video merupakan bahan ajar yang tepat untuk memperlihatkan contoh keterampilan yang menyangkut gerak. Dengan alat ini, dapat diperjelas, baik dengan cara diperlambat maupun dipercepat. Tujuannya adalah mengajarkan koordinasi antar alat tertentu, seperti memanjat, berenang, dan lain sebagainya. Dengan video pula, peserta didik bisa langsung mendapat umpan balik secara visual terhadap kemampuan mereka mencobakan keterampilan yang menyangkut gerakan tadi.
Ketiga, untuk tujuan afektif. Pada tujuan ini, dengan menggunakan berbagai teknik dan efek, video dapat menjadi media yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap dan emosi. Video adalah media yang sangat baik untuk menyampaikan informasi dalam ranah afektif.

4. Bahan Ajar Interaktif
Orang-orang dimana saja akan mampu mengikuti kursus terbaik yang dipandu oleh guru terbaik”, kata Bill Gates. Pernyataan itu tidaklah mustahil terjadi. Namun, siapakah yang dimaksud “guru terbaik” versi Bill Gates ini? Sesungguhnya, jawabannya tidak jauh-jauh dari kehidupan dan bisnis yang dikelola Bill Gates saat ini, yaitu komputer.
Komputer sangat canggih yang mampu berperan sebagai tutor maupun perpustakaan menyediakan informasi dan umpan balik kepada peserta didik secara cepat. Teknologi “realitas maya” (virtual reality)memungkinkan setiap peserta didik berpartisipasi dalam berbagai pengalaman, seperti perjalanan sejarah dan luar angkasa. Teknologi pembelajaran seperti ini memungkinkan setiap peserta didik untuk mengikuti pembelajaran. Televisi, video, satelit, komputer, dan bahan ajar interaktif, bahkan juga memberikan katalitas bagi terjadinya perubahan mendasar terhadap peran pendidik, dari informasi ke transformasi.



























DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Ronald H.1987. Pemilihan Dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran. Jakarta : Rajawali.
Aniitah, Sri. 2008. Media Pembelajaran. Surakarta: UNS Press.
Arif, Zainudin Dan W.P Napitulu. 1997. Pedoman Baru Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: Grasindo.
Arierobbani. 2008. Kaya Dengan Menulis; Cara Membuat Tulisan Yang Mengasilkan Uang. Yogyakarta: Insan Cendekia Press.
Belawati, Tian, Dkk. 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Penerbiatan Universitas Terbuka.

 

Blogger news

Blogroll